It's Me

It's Me

Belajar Untuk Hidup Lebih Baik

Hidup Yang Baik adalah hidup yang penuh dengan Manfaat yang baik untuk diri sendiri dan lingkungannya.
Mari kita berusaha untuk menjadi lebih baik..

Aku dan Sukmaku...

Saturday, October 23, 2010

"Jodoh, Kematian dan Rejeki rahasia Allah", Perkataan itu saya yakin tidak asing ditelinga kita, terlebih lagi apabila seseorang yang telah mengalami "trauma" terhadap perjalanan hidupnya. Entah kegagalan dalam pencarian rejekinya, dan kepasrahan akan hidupnya, bahkan mungkin pengalaman kegagalan dalam percintaanya. Kemudian kisahnya ia ceritakan kepada sahabatnya, atau orang terdekat lainnya, dengan harapan mendapatkan sebuah "pencerahan" untuk mengobati segala gundah dan galau dalam hatinya. Dari sekitan banyak sahabat dan orang terdekat lainnya dapat dipastikan berkata seperti kalimat awal dari postingan ini.


Dan hampir semua orang tau, walau tidak 100% meyakini makna dan arti pada kalimat itu, mengapa saya mengatakan seperti itu?, karena saat mereka mengucapkan "jodoh ditangan Tuhan, jangan mengaggungkan cinta terhadap seseorang karena kita tidak pernah tau dengan siapa kita berjodoh", menurut saya sebenarnya dari beberapa orang atau mungkin sebagian orang tidak mengerti makna dibalik kalimat itu. Bahkan pendapat saya yang tertulis dipostingan ini pun belum tentu benar dan diterima oleh anda, untuk itu mari kita share disini, bukan untuk memperbesar perbedaan akan tetapi lebih kepada mempertajam pemahaman tentang keyakinan kita terhadap Tuhan kita, dan semoga dapat menambah keimanan kita terhadap Allah SWT.
Ketika saya mengalami hambatan dalam pencapaian kisah saya dengan seorang wanita muslimah, yang saya yakini bahwa ia adalah sosok wanita solehah yang saya inginkan untuk menjadi pendamping hidup saya. Hambatan tersebut berasal dari keluarganya, khususnya dari Ibu dan kakak laki-laki (saudara sulungnya), setiap kali saya berkunjung kerumahnya dan mencoba untuk membicarakan kelanjutan kisah cinta kami, selalu saja mereka bilang "...walaupun aa (saya) sering berkunjung ke mari dan sudah menjalin hubungan (pacaran) dengan si eneng, itukan tidak menjamin bahwa aa adalah jodoh si eneng, karena kitamah tidak pernah tau dengan siapa aa atau eneng nantinya berjodoh (menikah)..."

Sekilas perkataan tersebut terlihat meyakini secara sadar bahwa jodoh adalah hak Allah ketentuannya, tapi jika kita bahas lebih detail lagi dan kita kaji lagi tentang pemahaman tersebut, dalam kenyataanya beliau (ibunya) kurang memahami arti sebenarnya (menurut pendapat saya). Jika memang sudah yakin bahwa hanya Allah penentu atas segala urusan manusia salah satunya adalah tentang jodoh, mengapa ketika saya datang dalam kehidupan anaknya yang sebelumnya saya tidak pernah tau tentang anaknya, memungkiri bahwa pertemuan itu bukan jodoh?, padahal sudah jelas sekali kami dipertemukan oleh suatu kebetulan yang Allah rencanakan untuk kisah hidup kami. Pada saat saya berusaha untuk mengenal lebih jauh lagi dan menjalin silaturahim yang lebih dalam, mengapa beliau membatasi?, mengapa harus takut jika beliau memiliki keyakinan yang mantap tentang kehendak Illahi itu?

Padahal usaha yang saya lakukan merupakan syari'at yang dianjurkan Tuhannya dan Tuhanku juga, ketika saya meminta izinnya untuk membawa Sukmaku kepada orang tuaku, dengan berkata ,
"Bu, kapan-kapan, saya minta izin untuk membawa Sukma kerumah orang tua saya untuk dikenalkan",
entah dengan bercanda atau memang sebenarnya, beliau pun menjawab,
"Enggak akh, jangan..." sambil sedikit tertawa

Pikiran saya dan Sukmaku menjadi kacau, kami bimbang dengan jawaban itu, padahal kami sudah merencanakan sesuatu yang indah untuk mimpi kami. Dimana keyakinannya, jika tanda-tanda yang Allah berikan tidak terbaca oleh beliau?, bukan berarti kami (saya dan Sukmaku) lebih bisa membaca tanda-tanda ketentuan Illahi, tetapi lebih kepada keyakinan akan pengharapan hanya pada yang Berkuasa atas segala cita dan cinta kami berdua. Tentu saja bukan sekedar keyakinan, karena harus dengan berusaha agar kita menjadi pantas untuk menerima impian kita sebagai kehendan Allah sang Maha Penentu segala kebijakkan.

Entah sampai kapan semua ini, betul kesabaran tidak memiliki batas, untuk itu demi mencapai keinginan dan cita-cinta kami, kami harus tetap berjalan dan memperjuangkannya sebagai wujud kseungguhan kami dalam berusaha untuk memantaskan diri kami menerima segala keinginan kami sebagai kehendak Allah SWT....